Jangan Korupsi Waktumu, Nak!
Dokpri
Taman mungil di teras samping rumah Puspa menambah indahnya penampakan tatanan bata beratap berukuran sedang
nan asri. Mawar kuning, melati, kemuning, bunga matahari, dan palem
merah menambah keelokannya. Setiap yang memandang serasa terhipnotis oleh
keindahannya. Ketenangan pun merasuk ke dalam jiwa.
Puspa
dan Jusuf telaten merawat taman kecilnya. Mereka saling membantu satu sama
lain. Tetiba ayah dan ibunya mendengar kegaduhan dari teras depan. Kedua orang
tuanya diam-diam mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi.
“Pa,
mawar sama melatinya kok belum disiram? Mawarnya kan sudah berbunga. Terus
bunganya mana sekarang?” tanya Jusuf kesal.
“Sebentar.
Masih pagi juga. Bunga apa sih, mas? Aku enggak lihat ada bunga. Cuma daun
doang,” jawab Puspa kesal akibat keasyikannya bermain handphone terganggu.
“Sebentar
lagi kan matahari bersinar. Pertanda proses fotosintesis segera terjadi” jelas
Jusuf.
“Fotosintes.
Apa itu? Perasaan baru denger,” kata Puspa menghentikan tarian jemarinya.
“Pa
emangnya kamu ga belajar IPA? Fotosintesis itu proses tumbuhan memasak makannya
dibantu oleh sinar matahari. Lalu diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan,”
jelasnya.
“Oh, iya.
Aku ingat sekarang. Tapi permainannya lagi seru nih. Sayang kalau dimatiin
dulu,” jawabnya melanjutkan memijit tombol-tombol di handphonenya.
“Pause
dulu, Pa. Ayo, cepetan. Kamu itu namanya korupsi waktu. Paaa, simpan hpnya,” kata
Jusuf sedikit meninggikan suara.
“Korupsi
waktu apaan tuh?” tanya Puspa sembari mematikan ponselnya.
“Korupsi
waktu itu yah seperti kamu itu. Sekarang kan waktunya kita membersihkan taman.
Kamu malahan main game. Jangan gitu lagi ya. Ayo. Bunda mengajak kita belanja selesai
ini,” jawab Jusuf.
“Asyiiik,
aku bisa minta mainan kesukaanku,” jawab Puspa antusias.
”Hah,
kamu sudah gede. Mendingan minta tas atau sepatu bisa dipakai ke sekolah.
Bentar lagi kan masuk sekolah,” jawab Jusuf.
“Nanti
ajah. Aku mau lihat-lihat dulu,” jawabnya sembari menyiram tanaman.
Ayah
dan ibu saling pandang lalu tersenyum. Ayah meraih tangan ibu masuk ke ruang
tamu. Lalu mereka memperhatikan kembali kedua anaknya.
“Jusuf
tahu dari mana ya korupsi waktu?” tanya ibu mengeryitkan dahi.
“Dari
ayah mungkin. Sekitar tiga minggu yang lalu Jusuf bermain game juga ketika ada
tugas yang harus mencari sumber dari internet. Ayah bilangin tuh. Jangan
korupsi waktu. Sejak saat itu, Jusuf memanfaatkan waktunya dengan baik. Begitu,
Bunda sayang,” jawab ayah.
“Hmm.
Rupanya perkataan ayah nempel dihatinya. Alhamdulillah. Dia bisa mengingatkan
hal yang baik pada adiknya,” kata ibu sumringah.
Ibu
beranjak keluar. Ibu menghampiri mereka. Rupanya mereka sudah selesai
membersihkan taman.
“Hebat
kalian ini. Terima kasih ya, nak! Ibu bangga
sama kalian. Yuk, mandi terus sarapan. Habis itu kita jalan-jalan,” kata
ibu.
“Okeee,
Ibu cantiiik,” jawab Puspa sambil tersenyum lebar.
“Baiklah
bundaku sayang,” jawab Jusuf lalu berlari mendahului ibu dan adiknya.
Karawang, 29 Desember 2022
#kamismenulis
#jangansiasiakanwaktumu,nak
Pendidikan anti korupsi melalui cerita.. siip..
BalasHapusTerima kasih bunda
BalasHapuspesan moral melalui cerita .... keren
BalasHapusTerima kasih Koko sudah berkenan singgah.
HapusKeren...berbagi cerita.Trimks,Bun...share ilmunya ttg korupsi waktu
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih Emak 🙏
HapusPenanaman budaya disiplin waktu, manfaatkan waktu sebaik mungkin, perlu pembiasaan yang konsisten...
BalasHapusTerimakasih atas bagi - bagi ceritanya..
Betul sekali Bunda. Terima kasih sudah singgah
HapusCerita yang penuh makna dan pembelajaran tentang waktu. Keren.
BalasHapusCoretan sederhana Bunda. Terima kasih kunjungan dan komentarnya 🙏
HapusCerita yang sangat menginspirasi, terima kasih
BalasHapusSiap Bu Mayor. Terima kasih kunjungan dan jejak digitalnya
BalasHapus