Gowes, Yuk!

 

                                     Gowes, Yuk!

Sri Sundari C.U

 

 

Setiap hari, Ardi dan Wisnu selalu berangkat ke sekolah bersama-sama. Mereka satu sekolah. Mereka juga satu kelas. Setiap hari Ardi menghampiri Wisnu sebab Ardi melewati rumah Wisnu. Mereka bersahabat sejak pertama kali masuk sekolah tiga tahun yang lalu. Mereka sekarang duduk di kelas empat sekolah dasar.

Pagi ini Ardi tiba di rumah Wisnu lebih pagi. Wisnu baru selesai mandi. Bu Mira menjawab salam Ardi lalu mempersilakannya masuk. Ardi menunggu Wisnu di ruang tamu. Setelah merapikan baju seragamnya, Wisnu menemui Ardi.

“Assalamu’alaikum, Ardi. Nggak biasanya pagi banget kamu sudah sampai sini,” sapa Wisnu.

“Wa’alaikum salam. Iya, Nu. Mmm … anu … mmm …,” jawab Ardi gugup.

“Kenapa, Ar. Tidak biasanya  juga kamu gugup gitu. Cerita saja. Kita kan sahabat,” bujuk Wisnu.

“Aku belum selesai mengerjakan PR Matematika. Tinggal nomor 5. Sulit sekali,” jawab Ardi.

“Jadi itu masalahnya. Tenang saja. Nanti aku kasih tahu caranya. Kamu sudah sarapan?” tanya Wisnu.

“Belum. Aku cepat-cepat ke sini supaya bisa bertanya PR itu. Jadinya aku tidak sempat sarapan,” jelas Ardi.

“Yuk, kita sarapan dulu,” ajak Wisnu sambil menggandeng tangan Ardi ke ruang makan.

Bu Mira sedang mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Pak Hasan. Pak Hasan yang melihat Wisnu bersama temannya segera mengajak sarapan. Mereka pun sarapan bersama. Tak lupa Ardi mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Wisnu. Mereka sangat baik dan ramah.

Selesai sarapan, Pak Hasan berangkat ke kantornya. Sementara itu, Wisnu dan Ardi berjalan ke ruang tamu. Wisnu memberi tahu Ardi cara mengerjakan PR Matematika yang belum selesai dikerjakan Ardi.  Ardi mengikuti langkah-langkah sesuai penjelasan Wisnu. Akhirnya soal itu pun terjawab sudah. Setelah berpamitan pada bu Mira, mereka segera pergi ke sekolah.

Setiap hari mereka pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Mereka kadang-kadang dibonceng pak Hasan mengingat pak Hasan melewati sekolah mereka.

Seperti biasanya, Ardi menghampiri Wisnu. Namun ada yang berbeda di halaman rumah Wisnu. Sebuah sepeda gunung berwarna merah parkir di halaman. Ardi semakin mendekat. Wah, sepeda baru. Bagus sekali. Sepeda siapa ini? Tanyanya dalam hati.

Baru saja Ardi akan mengucapkan salam, Wisnu keluar lengkap dengan tas di punggungnya.

“Assalamu’alaikum. Nu, oke punya nih sepeda. Pasti punya kamu ya, Nu?” tanya Ardi sambil pegang-pegang sepeda merah itu.

“Wa’alaikum salam. Alhamdulillah, Ar. Ayahku ada rejeki jadi beli sepeda untukku,” jawab Wisnu dengan wajah berseri-seri.

“Alhamdulillah. Ikut senang. Semoga aku juga segera punya sepeda. Ya sudah. Aku jalan duluan ya. Takut terlambat nanti,” kata Ardi bergegas balik badan meninggalkan Wisnu.

“Eh, tunggu dulu. Kita berangkat bareng saja. Ayahku kan juga punya sepeda. Kamu pakai saja dulu. Tunggu ya, aku masuk dulu,” kata Wisnu.

Wisnu keluar sambil menuntun sepedanya. Pak Hasan berjalan di belakangnya.

“Assalamu’alaikum, Pak” sapa Ardi kepada pak Hasan seraya mencium tangan pak Hasan.

“Wa’alaikum salam. Nak Ardi bisa gowes kan? Pakai sepeda ini dulu,” kata pak Hasan.

“Bisa, Pak. Ayah dulu membelikan sepeda Ardi ketika kelas satu SD, Pak” jawab Ardi.

“Ya sudah. Ardi naik sepeda bapak. Kalian berangkat sekarang ya. Hati-hati. Tidak usah ngebut ya,” pesan pak Hasan.

“Saya boleh pakai sepeda Bapak? Terima kasih, Pak. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak, bu Mira dan juga Wisnu,” kata Ardi.

“Aamiin,” kata pak Hasan dan Wisnu hampir bersamaan.

Mereka mulai menggowes sepedanya. Mereka bersepeda beriringan. Wisnu gowes di depan. Ardi mengikuti dari belakang. Pelan namun pasti mereka mengayuhnya untuk menjaga keseimbangan. Sesekali berhenti mengayuh. Terkadang juga mengerem. Wajah mereka berseri menunjukkan suasana hati mereka yang sedang gembira.

Sambil mengayuh sepeda, Ardi berdoa dalam hati suatu saat nanti dia mempunyai sepeda sendiri. Dia akan membuka “si jago” celengannya. Bila orang tuanya ada rejeki, dia akan minta tambahan untuk membeli sepeda.

Mereka sampai di sekolah lebih pagi dari biasanya. Sambil menunggu bel masuk berbunyi, mereka ngobrol. Terlihat asyik sekali obrolan mereka. Topik mereka ternyata seputar gowes.

“Ar, bersepeda atau gowes  itu ada filosofinya lho,” tanya Wisnu.

“Filosofi itu apa? Tahu darimana, Nu?” tanya Ardi.

“Kata ayahku, filosofi itu artinya makna. Kalau kita bersepeda itu pasti kita mengayuh. Makna mengayuh itu berikhtiar, berusaha. Kayuh terus hingga sampai ke tujuan. Kita harus terus berikhtiar, berusaha hingga cita-cita kita tercapai,” tutur Wisnu.

“Oh, gitu ya, Nu. Mengayuh berarti berusaha. Apalagi filosofinya, Nu?” tanya Ardi.

“Terus maju. Maksudnya teruslah bergerak, melangkahkan kaki hingga tercapai tujuan. Ada lagi nih filosofi yang lain. Gowes itu sederhana dan tenang. Sederhana itu berarti tidak perlu berlebihan. Tenang maksudnya, tidak perlu semua orang tahu tujuan yang akan kamu raih. ” jelas Wisnu.

“Bagus sekali ya bersepeda itu. Aku makin pingin cepat punya sepeda, Nu,” kata Ardi.

Teeet … teeeeet … teeeeeeet. Bel berbunyi tanda pelajaran pertama akan segera dimulai. Anak-anak berbaris rapi lalu masuk ke dalam kelas masing-masing. Hari ini terasa sangat cepat. Penjelasan bu Irma pun yang biasanya sulit dipahami, sekarang mudah sekali dimengerti. Tak terasa sudah jam terakhir. Rupanya perasaan gembira memengaruhi semua kegiatan kegiatan mereka.

Pulang sekolah, Ardi mendekati ibunya. Dia mengutarakan keinginannya untuk membeli sepeda. Selama ini, Ardi telah menyisihkan uang jajannya. Bu Nina memperbolehkannya. Akan tetapi Ardi harus bersabar menunggu ayahnya. Sambil menunggu ayahnya, bu Nina menyarankan agar Ardi tidak memecahkan celengannya. Tanpa sepengetahuan Ardi, ayahnya sudah berniat membelikan sepeda bila  ada rejeki. 

 Satu minggu kemudian, tepat di hari ulang tahun Ardi, ayah membawa sepeda baru. Biru gelap sesuai dengan warna favorit Ardi. Ardi sangat senang lalu memeluk ayah dan ibunya seraya mengucapkan terima kasih. Kejutan yang sangat indah. Dalam hatinya Ardi mengucap syukur pada sang Kholik. Ardi punya sepeda baru tanpa  memecahkan “si jago” kesayanganku.

Sejak mempunyai sepeda baru, Ardi semakin rajin membantu kedua orang tuanya. Dia semakin giat belajar. Semangat belajarnya pun meningkat. Dia sering mendapat nilai paling tinggi. Nilai Ardi dan Wisnu saling bersaing. Bersaing mengukir prestasi. Mereka sering berdiskusi bila ada soal atau materi belummerekamengerti.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  


#gowes,yuk!

#desemberaiseichallange

#satuminggusatucerpenak

 


Sri Sundari C.U

Karawang, 13 -12 - 2021


0 Response to "Gowes, Yuk!"

Posting Komentar