Lebaran Sendu Tanpa Orang Tercinta

 

#Tantangan Omjay ke-1



Lebaran Sendu Tanpa Orang Tercinta

 

Puji syukur pada sang Kholik lebaran tahun ini tidak diberlakukan PPKM. Bapak presiden Jokowi mengijinkan para perantau untuk mudik dengan syarat sudah mendapatkan vaksin booster. Setelah menahan diri selama 2 tahun akhirnya dapat melepas rindu dengan sanak saudara, kerabat, dan teman-teman di kampung. Rasa kangen suasana  kampung halaman dengan segala printilannya  pun terobati. Tak terkecuali aku dan keluargaku.

Aku sekeluarga pun berkemas. Malam takbiran kami meluncur ke tanah kelahiranku. Pukul 19.00 wib tepatnya kami berangkat dari agen.  Jalanan lengang. Lancar jaya. Berasa jalan milik pribadi. Walah lebaynya saya ini. Hanya armada yang kami tumpangi dan beberapa bus malam. Keadaan ini sangat bertolak belakang dengan keadaan 2 – 3 hari sebelum lebaran. Kemacetan lalu lintas terjadi hampir di setiap ruas jalan tol.

Sekitar pukul 03.00 WIB, kami tiba di SMK swasta. Kami turun di sana untuk mempermudah titik penjemputan. Sepuluh menit kemudian adikku tiba dengan roda empatnya. Kami segera meluncur ke rumah si bungsu. Sampai di sana, kami say hello cipika cipiki dengan kedua kakakku yang sudah mudik seminggu yang lalu. Setelah itu kami bersih-bersih lalu istirahat sebentar menunggu adzan subuh.

Kami bergantian mandi dari sebelum subuh. Selesai salat subuh, kami bersiap pergi ke lapangan desa untuk menunaikan salat Idul Fitri. Kakakku sudah menyiapkan teh manis, panas, dan kental. Kami menyebutnya ginastel (legi, panas, kental). Minuman favorit kami. Sebelum berangkat, kami menikmatinya terlebih dahulu sebagai syarat wajib sebelum menunaikan salat Id. Selesai salat Id, kami pulang melalui jalan yang berbeda. Kami singgah di makam kedua orangtua kami.

Tiba di rumah, kami saling bermaaf-maafan dengan sungkeman. Tradisi Jawa yang masih kami lakukankan. Sungkeman kali ini sangat berbeda. Tanpa kedua orang tua. Kakak sulung sebagai anak tertua mengambil posisi. Bude (sapaan untuk kakak perempuan) sungkem kepada pakde (sapaan untuk kakak laki-laki) untuk memohon maaf atas semua dosa, kesalah, dan khilaf yang disengaja maupun tidak disengaja. Pakde pun memberi maaf dan sebaliknya, meminta maaf kepada bude. Selanjutnya kakak kedua, ketiga, dan seterusnya. Lalu disambung dengan keponakan. Semua saling memaafkan. Tangis yang sejak awal sungkeman tertahan pun akhirnya pecah. Haru, bahagia, sedih bercampur bak permen Nano-Nano. Setelah itu, kami menyantap ketupat dengan opor dan sayur lombok rambak tahu. Selesai sarapan, kami bertandang ke rumah saudara dan tetangga. Semoga kami dapat berkumpul kembali di hari yang fitri tahun-tahun berikutnya. Aamiin.



 

 

0 Response to "Lebaran Sendu Tanpa Orang Tercinta"

Posting Komentar