#Tantangan Omjay ke-2
Reog
Naluri
Masih dalam suasana lebaran. Lebaran
hari kedua kami bertandang ke rumah sanak saudara yang tempat tinggalnya cukup
jauh. Memakan waktu 4 jam pulang pergi karena macet. Akibat pandemi korona
menyebabkan para perantau tidak dapat mudik selama 2 tahun. Saat mulai
diperbolehkan mudik, hampir semua perantau pulang ke kampung halaman. Pasti
kemacetan ibukota berpindah ke kampung. Saking macetnya. Deretan mobil plat
luar kota memenuhi jalanan.
Tepatnya
lebaran hari ketiga. momen yang ditunggu masyarakat pun digelar. Sebuah
kesenian tradisional reog. Reog Naluri namanya. Reog yang para pemainnya
turun temurun. Pemeran utamanya adalah orang yang terpilih. Mereka yang
terpilih secara otomatis memperlihatkan keahliannya dalam memegang, menjinakkan
lebih tepatnya kuda lumping utama. Seperti ada ikatan batin si kuda lumping
dengan calon pemegangnya. Keturunan yang terpilih tidak dapat menghindar. Mau
tidak mau pasti dia akan memainkan perannya. Ya, sudah ada naluri. Setiap
keturunan yang mempunyai anak laki-laki maka suatu saat akan terpilih menjadi
pewaris pemegang kuda lumping utama. Seperti tiga tahun ini, keponakanku yang
sudah bekerja di luar Jawa terpilih menjadi aktor utama pengganti ayahnya. Periode
sebelumnya, ayahnya dan pamannya (sepupuku) sebagai aktor utama. Kini dia bersama
pamannya.
Hampir
semua masyarakat datang membanjiri kesenian tradisional ini. Tak dapat
dibendung animo masyarakat untuk menyaksikannya setelah 2 tahun acara ini tidak
digelar akibat pandemi. Para pengunjung wajib mematuhi protokol Kesehatan. Di
pintu masuk sudah disediakan tabung besar lengkap dengan sabun cair untuk cuci
tangan. Petugas pemeriksa suhu badan siap dengan alatnya serta hand
sanitizer. Kerumunan pun tak dapat dielakkan. Untuk mengantisipasi meningkatnya
wabah, panitia beserta kru Reog Naluri bermufakat untuk mengadakan pagelaran
hanya 3 jam. Padahal biasanya mereka tampil hingga jam 4 sore. Dengan penuh
perjuangan menerobos kerumunan, akhirnya dapat berdiri di barisan kedua hingga dapat
mengambil gambar dengan jelas.
Pada
saat aku masih duduk di bangku SD, salah satu pemain selalu ada yang kesurupan.
Dalam ketidaksadarannya, dia makan beling (kaca), paku dan benda tajam lainnya. Namun,
hal ini tidak terjadi lagi.
0 Response to "Reog Naluri"
Posting Komentar