Kejujuran Deina

 

Kejujuran Deina

Oleh Sri Sundari Catur Utami, M.Pd

 

Pagi ini Deina, Siska, dan Eri pergi ke sekolah bersama-sama. Mereka berjalan kaki beriringan. Sekolah mereka dekat dengan tempat tinggal mereka. Setelah berjalan sekitar 20 menit, mereka sampai di sekolah. Sepanjang perjalanan mereka mengobrol.

Pukul 06.30 mereka tiba di sekolah. Mereka segera meletakkan tas di bangku masing-masing.  Masih ada waktu 45 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Kelas masih dibersihkan. Petugas piket baru akan mengepel lantai.

Mereka keluar kelas supaya tidak mengganggu petugas piket sehingga kelas cepat bersih. Kelas yang bersih sangat nyaman untuk belajar.

“Deina, pulang sekolah nanti kita main ke rumah Siska ya,” ajak Eri.

“Iya langsung ke rumahku. Aku punya gawai baru. Ayahku membelinya kemarin,” kata Siska bersemangat.

“Gimana ya, aku belum ijin sama ibu. Nanti ibu pasti nyariin aku. Aku nggak mau bikin ibu khawatir,” jawab Deina ragu.

“Udah sekali-kali gapapa kan Deina. Nanti aku yang telpon ibu kamu. Kamu hapal kan nomor gawai ibumu?” bujuk Siska.

“Mm… gimana ya?” jawabnya bingung seraya melihat Siska dan Eri bergantian.

 Tak berapa lama Deina menyetujui ajakan mereka asalkan Siska memberi tahu ibunya.

07.15. Teeeet…teeeet…teeeeeeet. Bel berbunyi 3 kali pertanda jam pelajaran pertama segera dimulai. Toni, si ketua kelas menyiapkan tema-temannya supaya berbaris rapi sebelum masuk kelas. Barisan paling rapi akan dipersilakan masuk terlebih dahulu. Mereka segera menempati tempat duduk masing-masing.

Bahasa Indonesia jam pertama. Ibu Rida menyampaikan materi tentang  “Menceritakan Riwayat Hidup.”  Materinya sangat menarik pikir Deina. Dia memperhatikan penjelasan bu Rida.

“Riwayat hidup merupakan tulisan yang berisi informasi detail tentang diri sendiri. Adapun informasi yang umumnya ditulis dalam riwayat hidup, yaitu data diri, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaaan, pengalaman kerja, keterampilan atau kemahiran, serta prestasi yang pernah diraih,” bu Rida menjelaskan.

Murid-murid mendengarkan penjelasan bu Rida penuh konsentrasi. Bu Rida memberi kesempatan bertanya bila belum jelas. Selanjutnya, mereka berlatih menuliskan Riwayat Hidup masing-masing. Rata-rata siswa mendapat nilai 9. Rupanya materinya cukup mudah.

Tak terasa sudah pelajaran terakhir. SBdP pelajaran  terakhir hari ini. Bu Rida menjelaskan tentang “Macam-macam Reklame”. Murid-murid dipersilakan membuka buku Tema 6B halaman 96. Bu Rida juga menayangkan power point supaya murid-murid lebih fokus mengingat jam terakhir. Power point yang disuguhkan penuh warna. Sangat menarik. Benar saja, mereka antusias sekali hingga pelajaran berakhir.

Teeet… Teeet… Teeet… Teeeeet. Bel 4 kali pertanda pelajaran telah usai. Semua siswa bersiap pulang tak terkecuali Siska, Eri, dan Deina. Mereka berdoa, memberi salam kepada bu Rida lalu pulang. Sesuai rencana tadi pagi, mereka bertiga pulang ke rumah Siska.

Rumah Siska sepi sekali. Kedua orang tua Siska bekerja hingga sore hari. Itulah sebabnya Siska selalu membawa kunci pintu rumah di dalam tasnya.

“Yuk, masuk,” ajak Siska pada kedua temannya.

“Assalamu’alaikum,” kata Deina dan Eri hampir bersamaan. Lalu mereka masuk ke dalam rumah.

Siska segera mengambil gawai barunya. Pink chasingnya seperti warna kesukaan Siska.

“Nih, lihat. Gawai baruku. Bagus kan ? Banyak aplikasinya. Aku bisa tik tokkan sepuasku. Aku juga bisa main game,” kata Siska bangga sembari pencet sana sini melihat fitur-fitur yang ada.

“Wah, bagus banget. Nanti aku juga mau minta ke ayah supaya dibelikan seperti ini,” kata Eri.

“Siska, aku pulang dulu ya. Biasanya jam segini aku sudah sampai di rumah. Nanti ibu nyari-nyari aku,” kata Deina.

“Sebentar Deina, kita kan belum main tik tok. Oh iya, aku telpon ibumu dulu ya. Maaf, aku lupa,” kata Siska.

Siska segera menghubungi ibu Deina setelah Deina memberi nomor Hp ibunya.

“Hallo, assalamu’alaikum. Ini Siska Bu, temannya Deina. Deina ada di sini bu lagi mengerjakan tugas sekolah,” kata Siska.

“Oh ya. Terima kasih, Siska. Syukurlah. Hampir saja ibu menyusul Deina ke sekolah. Biasanya jam segini sudah di rumah,” kata ibu Deina lega.

“Ada Eri juga kok, Bu. Sudah dulu ya, Bu. Assalamu’laikum,” kata Siska.

“Terima kasih, Nak Siska. Wa’alaikumsalam,” jawab ibu Deina.

Deina dan Eri mendengar percakapan Siska dan ibunya Deina. Deina kesal mendengarnya. Mengapa juga Siska tidak jujur pada ibunya. Siska mengatakan kalau dia berkata yang sebenarnya bisa dimarahi. Sebenarnya kedua orang tua Siska sudah melarangnya untuk bermain tik tok lagi. Deina terpaksa megikuti mereka hingga selesai tik toknya. Deina segera pulang dengan kesal

Sekitar 15 menit kemudian Deina tiba di rumahnya. Setelah mengucapkan salam, dia bergegas mencari ibunya. Ibu selalu mengajarkan padanya untuk berlaku jujur. Ibunya berada di dapur rupanya. Deina segera mencium tangan ibunya seraya memberi salam.

“Deina minta maaf ya, Bu,” kata Deina.

“Kenapa minta maaf, Deina?” tanya ibunya heran.

“Tadi sebenarnya Deina tidak mengerjakan tugas tapi diajak Siska dan Eri bermain tik tok. Katanya Siska mau telepon ibu. Deina tidak mengira kalau Siska berbohong. Takut dimarahi ibu,” kata Deina hampir menangis.

“Ya udah, ibu maafin. Udah, jangan nangis. Deina tidak salah. Yang tidak jujur kan Siska  bukan Deina. Tapi Deina harus selalu jujur ya. Ayo ganti baju sana. Cuci tangan pakai sabun ya lalu makan,” jawab bu Sarah.

Deina segera memeluk dan mencium ibunya seraya berkata lirih alhamdulilah, terima kasih Lalu bergegas ke kamarnya. Deina sangat menyayangi dan mematuhi ibunya. Tiada kata terindah selain pemberian maaf dari orang tua.

 

#30daysreadingastorywithyourkid

#onedayonestory

 

Karawang, 31 Oktober 2021

0 Response to "Kejujuran Deina"

Posting Komentar