Si
Oranye Panen Apel
Siang
ini Omjay mengirim sebuah foto di grup menulis. Semudah klik, foto pun terbuka. Gambarnya terlihat jelas.
Masyaallah, ternyata si Oranye sedang selfi bersama apel-apel kesayangannya.
Apel-apelnya sangat menggoda. Kresss … kresss …kurang lebih begitu suara gigitannya. Dan pasti sangat segar.
Kalau
diperhatikan di foto itu, si Oranye tidak ikhlas bila apel-apel kesayangannya
harus dipetik. Dia dekap erat. Tidak mau berpisah.
Si
Oranye menatap seolah mengatakan “jangan
pisahkan kami”. Ih lebay deh si Oranye.
“Meou…Om, ini apel-apel
kesayanganku. Jangan dipetik ya. Jangan pisahkan kami. Meou …Pohon ini tempatku
berteduh, ngadem, mereka setia
mendengarkan ocehanku yang gaje, keluh kesahku. Please, jangan petik ya, Om”
pinta si Oranye memelas.
“Apel-apel ini sudah
waktunya dipanen. Jadi harus segera dipetik. Kalau terlalu lama di pohon nanti
habis dimakan binatang malam. Kalau dipetik kan bisa dibagikan ke tetangga,
teman-teman. Membahagiakan orang lain
itu luar biasa lho. Berbagi itu indah lho Range. Atau bisa juga dijual kalau
panennya melimpah. Lebih berfaedah kan, Ranye,” tukas Omjay.
Omjay
masih memperhatikan pohon apel. Ternyata memang buahnya banyak sekali.
Alhamdulillah. Panen raya kali ini. Dia pun ngobrol kembali dengan si orange.
“Orange manis, buah apel
kita lebat lho. Kita panen raya. Panen besar, Orange. Kamu bisa bantu metik.
Yuk, petik sekarang. Keburu hujan. Tuh, sebelah barat sudah mendung,” bujuk
Omjay
“Meou… Nggak mau.
Jangan petik apel-apel kesayanganku. Meou … Meou…Meou …,” jawab si Orange
berisik sekali.
“Oke, Orange manis….
Omjay sisakan beberapa untukmu. Omjay nggak tanggung ya bila nanti busuk. Kalau
udah busuk ya… akhirnya dibung doing. Sayangkan…, “ Omjay menjelaskan.
Orange
masih diam. Termenung. Dari pohon apel itu dia dapat melihat rumah-rumah
tetangga, anak-anak kecil asyik bermain di halaman seberang. Dia membayangkan
berjalan membagikan apel-apel itu pada tetangga dan anak-anak kecil itu. Mereka
senang sekali bahkan banyak yang menggendongnya, mengusap-usap kepala dan
punggungnya memeluknya sebagai tanda terima kasih.
Tanpa
dia sadari, Omjay memperhatikan tingkahnya sedari tadi. Si Orange mesam-mesem sendiri diatas pohon. Omjay
menunggu apa yang akan dilakukan si Orange selanjutnya.
Tak
berapa lama si Orange tersadar dari lamunanya. Si Orange mulai menggeser
sedikit tubuhnya. Orange perlahan turun dan mendekati Omjay.
“Meou … meou …. Aku
setuju apelnya dipetik semua saja, Om. Aku yang anter ke tetangga dan anak-anak
di sana ya. Pasti mereka senang,” kata Orange berbinar.
“Nah, gitu dong. Itu
baru Orangenya Omjay. Yuk, eksekusi sekarang,” kata Omjay sembari mengelus si
Orange.
By: Sri sundari C.U
Karawang, 6 – 11 - 2021
luar biasa si orange, keren dan lucu
BalasHapusTerima kasih Omjay
BalasHapusSi orange yang bijak
BalasHapus