Sekelumit Rinduku, Yogyakarta

 


Sekelumit Rinduku, Yogyakarta


 

Konten ini sudah tayang di Kompasiana.com dengan link https://www.kompasiana.com/srisundari7343/631a075a08a8b518635b91c2/sekelumit-rinduku-yogyakarta

            Selamat malam sobat dumayku. Kamis menyapa lagi. Pak Brian sudah memposting tantangan Kamis Menulis atau Kalis sejak pukul 07.48 wib waktu di gawaiku. Link blog berisi tema tantangan beserta ketentuannya pun diposting di grup Lagerunal. Temanya adalah “Yogyakarta.”

            Full day school sangat menguras waktu dan energi. Aku baru sempat membaca sekilas chat para sobatku. Beberapa sobat lage menulis di chat grup I love DIY tulis pak Damar. Bu Yusni yang tinggal nan jauh di Sumatera menulis kapan ke Yogya … Ambu Tini yang mumpuni menulis  puisi akrostik menulis ga punya pengalaman dg Yogyakarta. Bunda Atik membalas chat buat puisi akrostik Ambu. Sedangkan bu Sri Wulandari menulis bisa jadi buku solo nih. Eh, iya itu namanya beda satu huruf saja ya dengan saya. Bunda Ovi saja sempet tertukar tuh beberapa waktu lalu ketika memberi ucapan selamat mendapat hadiah Kalis.

            Yogyakarta, kota pendidikan, kota gudeg begitu julukan tenarnya. Kampus negeri pertama di negeri tercinta ini ada di sini. UGM tepatnya. Dulu pernah bermimpi ngampus di sini. Jangan ditanya seberapa ratus saingan untuk meminangnya. Ups, untuk diterima menjadi salah satu mahasiswanya. Begitu maksudnya. Ya sudahlah ngampus di luar negeri saja alias di universitas swasta saja.

            Kota gudeg. Wah … lha ini, salah satu makanan kesukaanku. Makanan yang terbuat dari gori ini sangat lezatos. Masakan gudeg ini biasanyamemasaknya dicampur dengan telor ayam rebus. Nasi liwet dipadukan dengan gudeg jian nyamleng tenan (lezat sekali). Sobat dumayku bila singgah ke Yogya wajib mencicipinya ya. Sekarang sudah banyak tersedia gudeg kaleng. Tinggal pesan online saja jika belum sempat ke sana.

            Tak kan bosan untuk mengupas Yogyakarta. Yogyakarta itu sangat terkenal di dunia. Banyak sekali wisatawan luar negeri yang berkunjung bahkan menetap di sini. Bahkan ada sebuah kampung namanya Kampung Turis. Mereka fasih berbahasa Jawa kromo inggil (bahasa Jawa paling halus). Para turis yang tidak tinggal di Kampung Turis pun piawai nyinden (melantunkan lagu-lagu Jawa). Gemulai pula menarikan tarian Jawa. Wealah, aku saja tidak bisa menari apalagi nyinden.

Yogyakarta juga mempunyi segudang tempat wisata. Pantai, kebun binatang, candi, keraton, monumen ada di kota ini. Pantai Selatan yang identik dengan Nyi Roro Kidul. Pantai Parangtritis, pantai Parangkusumo, pantai Krakal, dan banyak lagi pantai indah lainnya menyuguhkan keeksotikannya masing-masing memanjakan mata para wisatawan. Pasir putih di pantai Parangtritis pun diabadikan oleh Agnes Mo dalam video klip salah satu lagunya. Di tepi pantai, terlihat delman wira-wiri membawa penumpang pun kuda dengan pawangnya. Angin pantai, ombak yang bergulung-gulung hingga ke tepian pantai mampu menyihir mereka tak beranjak dari pantai hingga sunset pun hadir menyapa. Memoriku pun berkelana, membuka kembali rekaman kala itu. Suami dan anak-anakku yang masih kecil bermain bersama keponakan-keponakanku.  

Oh, ya. Yogya ini juga mempunyai banyak candi. Candi Borobudur dan candi Prambanan merupakan candi yang terkenal diantara candi-candi yang lainnya. Candi Borobudur termasuk salah satu tujuh kajaiban dunia. Bila sobat perhatikan jika sempat jalan-jalan ke sana ya, di sisi selatan candi Borobudur, tepatnya dipegunungan yang membujur itu sangat mirip dengan sosok seorang biksu.

Malioboro juga wajib anda singgahi. Oh, ya. Wajah Malioboro sangat jauh berbeda. Terlihat aneh. Sepanjang jalan yang tadinya dipenuhi para PKL (pedagang kaki lima) hingga terkesan sangat padat dan semrawut, sekarang bersih, rapi, dan lengang. Tak satupun tampak PKL menjajakan dagangannya. Rupanya mereka sudah direlokasi oleh pemerintah daerah.

Pasar Bringharjo, tempat yang tak kalah menyedot perhatian khususnya bagi kaum Hawa. Inilah tempat para pecinta batik untuk memperbanyak koleksinya. Tersedia pakaian, tas, tas laptop, mukena, taplak dan lain sebagainya yang terbuat dari batik. Harga mulai dari puluhan hingga jutaan rupiah. Tinggal pinang sesuai kocek di kantong pastinya.

Tak lupa membeli oleh-oleh berupa makanan ya sobat. Selain gudeg, Yogya ini juga kaya akan makanan tradisional, diantaranya geplak, bakpia pathuk, sambel goreng krecek, tiwul. Salah satu buah terkenalnya adalah salak pondoh. Bukan salah pondok lho ya.

Semoga ada kesempatan untuk berkunjung kembali ke Yogyakarta.

 

 

Karawang, 8-9-2022

 

           

 

6 Responses to "Sekelumit Rinduku, Yogyakarta"

  1. Nha.. udah nyicipin mkanan khas jogja kan bu..hrhe.. tiwul, gudeg, geplak, bakpia.. kurang satu lagi groeol dari kulon progo yang termaduk daerah DIY juga...smg nanti berkesempatan ya.. dan main ke Gunungkidul...

    BalasHapus
  2. Kenapa ya makanan khas jogja, seperti gudek MANIS,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus manis, Pak. Karena itu ciri khasnya gudeg. Terima kasih atas kunjungannya.

      Hapus
  3. Keren...berbagi ceritanya,asyik makan khas kota Yogya memang manis. Krn mas dan mbak manis ha...

    BalasHapus
  4. Ha..ha..bisa aja Bunda. Terima kasih atas kunjungannya Bunda 🙏🏿

    BalasHapus