Kegigihan Mona

 

Kegigihan Mona

Oleh Sri Sundari C.U

 

Empat ekor kucing sedang berjalan beriringan. Hani, sang induk berjalan di paling depan. Disusul Mona, Catti, dan Mimi. Kemana pun mereka pergi, Mimi selalu berada di paling belakang. Dia anak tertua. Mimi merasa bertanggungjawab terhadap keselamatan kedua adiknya.

Mereka terus berjalan. Mereka telah berjalan dua kilometer. Matahari sangat terik. Si Catti pun bertanya pada induknya karena dari tadi belum beristirahat. Rupanya Catti sudah merasa lelah dan dahaga.

“Mak, sebenarnya kita mau kemana sih? Istirahat dulu, Mak,” kata Catti

“Iya, Mak. Mona juga lelah. Haus banget, Mak,” kata Mona.

“Baiklah, kita istirahat dulu. Yuk, kita berteduh di bawah pohon rindang itu,” jawab Hani.

Mereka segera mendekati pohon rindang itu dan berteduh di sana. Mona dan Catti segera merebahkan diri. Tidak berapa lama Mona dan Catti pun tertidur. Sementara itu, Mimi mendekati induknya.

“Emangnya kita mau kemana sih, Mak?” tanya Mimi karena Hani belum menjawab pertanyaan Catti.

“Kau lihat kampung di seberang sana? Kita akan ke sana. Ke rumah nenekmu. Sebentar lagi kita sampai. Kita tinggal melintasi sawah dan sungai itu,” awab Hani.

“Mengapa kita tinggal di sana?  Aku nggak punya teman di sana,” ujar Mimi.

“Tidak perlu khawatir. Mereka di sana itu ya pada baik, ramah dan saling menolong makanya nenek menyuruh kita tinggal di sana saja,” Hani menjelaskan.

“Syukurlah kalau begitu. Mimi tidak khawatir. Pasti Mimi akan punya banyak teman,” kata Mimi.

Mona dan Catti masih tertidur pulas. Sambil menunggu mereka bangun, Hani dan Mimi pun merebahkan diri. Angin bertiup sepoi-sepoi seakan meniup ke mata mereka. Tak kuasa menahan kantuk, mereka pun terlelap. Mereka pun terbang ke alam mimpi.

Dalam tidurnya, Mimi bermimpi dihampiri sekawanan doggi (gugug). Sayup-sayup terdengar suara gug … gug … gug. Mereka berkali-kali menyalak  mengusir mereka. Rupanya kawanan itu juga ingin beristirahat di bawah pohon ringang ini. Dua ekor doggi menghampiri Mona dan Catti. Dua ekor lagi menyalak di dekat Hani dan Mimi. Mereka menyalak keras sekali. Mereka terus menyalak supaya mereka segera bangun dan pergi.menginjak kaki dan badan keduanya. Mona dan Catti pun mengeong sekeras mungkin. Mengeong lagi dan lagi. Mereka sangat ketakutan.

“Gug … gug …. Sebaiknya kalian segera pergi dari sini. Kami akan beristirahat di sini,” kata doggi yang paling besar badannya.

“Kami tidak akan mengganggu kalian bila kalian cepat pergi dari sini,”kata doggi lainnya.

“Ayo, anak-anak kita lanjutkan perjalanan. Kita sudah cukup beristirahat,” kata Hani.

Mereka pun segera pergi. Sesekali Mimi menoleh ke belakang untuk memastikan kawanan itu tidak menyerang mereka. Benar saja. Rupanya kawanan itu hanya ingin beristirahat. Dalam perjalanan, Mona menanyakan mengapa ibu dan kakaknya tidak melawan mereka. Ibunya pun menjawab pertanyaan Mona dengan bijaksana. Tidak perlu berkelahi untuk membela diri. Kita menjauh saja dari mereka. Mereka hanya ingin beristirahat karena kelelahan. Sama seperti yang kita rasakan ketika sampai di sana tadi. Mereka tidak mau istirahat mereka terganggu dengan keberadaan kita. Kita sudah cukup beristirahat dan pohon itu bukan milik kita. Siapa saja boleh berteduh di sana. Mona dan Mimi pun mengangguk-angguk tanda sudah mengerti.

Tidak terasa, mereka sudah melintasi persawahan. Selanjutnya mereka harus menyeberang sungai. Airnya sangat jernih. Bebatuannya pun terlihat. Pemandangan yang sangat indah dan menyejukkan. Airnya pun cukup dangkal. Bbanyak batu besar menyembul ke permukaan sungai. Hani memberi tahu ketiga anaknya untuk berhati-hati menyeberang.

“Injak batu yang menyembul itu ya. Hati-hati. Jangan bercanda,”  kata Hani.

Mona dan Catti segera melompat dari batu satu ke batu lainnya. Namun naas, lompatan Mona tidak sampai ke batu berikutnya. Dan … byur …. Mona tercebur ke sungai. Mona basah kuyup dan mengeong ketakutan. Dia pun sedikit-sedikit mulai hanyut. Mimi segera menceburkan diri untuk menyelamatkan Mona.

“Bertahan ya, Mona. Kakak akan menolongmu. Jangan takut. Raih batu yang besar ya,” kata Mimi.

Mona berusaha menggapai batu besar di dekatnya. Beberapa kali berusaha namun masih gagal. Dia meyakinkan diri pasti selamat. Dia pun kembali berusaha menggapai batu besar yang dilewatinya. Dia terus berusaha dengan gigih. Dengan kegigihannya berjuang, akhirnya dia berhasil menggapai batu besar dan memegang betu tersebut sekuat tenaga. Hingga Mimi sampai dan mendorong tubuh Mona ke atas batu. Mereka beristirahat sejenak karena Mona terlihat lemah dan kedinginan. Mona berterima kasih pada Mimi karena telah menyelamatkannya.

Hani dan Catti telah berhasil menyeberang sungai dengan selamat. Mereka mengikuti Mimi dan Mona dari tepi sungai. Melihat kedua buah hatinya selamat, dia segera bersyukur pada sang pencipta.

Matahari masih terik sehingga tubuh Mimi dan Mona sedikit demi sedikit mulai mengering. Setelah merasa kuat kembali, mereka segera melanjutkan menyerang sungai. Dengan penuh kehati-hatian akhirnya mereka berhasil menyeberang. Hani segera menjilati kedua anaknya yang selamat dari bahaya. Tak lupa Hani pun berterima kasih pada Mimi.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan.  Mereka tiba di rumah nenek menjelang petang. Gembira sekali nenek bertemu mereka.

 

Karawang, 17 – 10 – 2021

Sri Sundari C.U



#gigih

#30dayreadingstorywithyourkids

#onedayonestory

 


3 Responses to "Kegigihan Mona"

  1. menanamkan kegigihan sejak dini pada anak melalui literasi...mantap

    BalasHapus
  2. Wah, cerita anak yg sngt edukatif dan inspiratif..

    BalasHapus
  3. Ikut berpetualang bersama mereka. Cerita fabel yang mengasyikkan.

    BalasHapus