Kegigihan Mona
Empat
ekor kucing sedang berjalan beriringan. Hani, sang induk berjalan di paling
depan. Disusul Mona, Catti, dan Mimi. Kemana pun mereka pergi, Mimi selalu
berada di paling belakang. Dia anak tertua. Mimi merasa bertanggungjawab
terhadap keselamatan kedua adiknya.
Mereka
terus berjalan. Mereka telah berjalan dua kilometer. Matahari sangat terik. Si
Catti pun bertanya pada induknya karena dari tadi belum beristirahat. Rupanya Catti
sudah merasa lelah dan dahaga.
“Mak,
sebenarnya kita mau kemana sih? Istirahat dulu, Mak,” kata Catti
“Iya,
Mak. Mona juga lelah. Haus banget, Mak,” kata Mona.
“Baiklah,
kita istirahat dulu. Yuk, kita berteduh di bawah pohon rindang itu,” jawab
Hani.
Mereka
segera mendekati pohon rindang itu dan berteduh di sana. Mona dan Catti segera
merebahkan diri. Tidak berapa lama Mona dan Catti pun tertidur. Sementara itu,
Mimi mendekati induknya.
“Emangnya
kita mau kemana sih, Mak?” tanya Mimi karena Hani belum menjawab pertanyaan
Catti.
“Kau
lihat kampung di seberang sana? Kita akan ke sana. Ke rumah nenekmu. Sebentar
lagi kita sampai. Kita tinggal melintasi sawah dan sungai itu,” awab Hani.
“Mengapa
kita tinggal di sana? Aku nggak punya
teman di sana,” ujar Mimi.
“Tidak
perlu khawatir. Mereka di sana itu ya pada baik, ramah dan saling menolong
makanya nenek menyuruh kita tinggal di sana saja,” Hani menjelaskan.
“Syukurlah
kalau begitu. Mimi tidak khawatir. Pasti Mimi akan punya banyak teman,” kata
Mimi.
Mona
dan Catti masih tertidur pulas. Sambil menunggu mereka bangun, Hani dan Mimi
pun merebahkan diri. Angin bertiup sepoi-sepoi seakan meniup ke mata mereka.
Tak kuasa menahan kantuk, mereka pun terlelap. Mereka pun terbang ke alam
mimpi.
Dalam
tidurnya, Mimi bermimpi dihampiri sekawanan doggi
(gugug). Sayup-sayup terdengar suara gug … gug … gug. Mereka berkali-kali
menyalak mengusir mereka. Rupanya
kawanan itu juga ingin beristirahat di bawah pohon ringang ini. Dua ekor doggi
menghampiri Mona dan Catti. Dua ekor lagi menyalak di dekat Hani dan Mimi. Mereka
menyalak keras sekali. Mereka terus menyalak supaya mereka segera bangun dan
pergi.menginjak kaki dan badan keduanya. Mona dan Catti pun mengeong sekeras
mungkin. Mengeong lagi dan lagi. Mereka sangat ketakutan.
“Gug
… gug …. Sebaiknya kalian segera pergi dari sini. Kami akan beristirahat di
sini,” kata doggi yang paling besar badannya.
“Kami
tidak akan mengganggu kalian bila kalian cepat pergi dari sini,”kata doggi
lainnya.
“Ayo,
anak-anak kita lanjutkan perjalanan. Kita sudah cukup beristirahat,” kata Hani.
Mereka
pun segera pergi. Sesekali Mimi menoleh ke belakang untuk memastikan kawanan
itu tidak menyerang mereka. Benar saja. Rupanya kawanan itu hanya ingin
beristirahat. Dalam perjalanan, Mona menanyakan mengapa ibu dan kakaknya tidak
melawan mereka. Ibunya pun menjawab pertanyaan Mona dengan bijaksana. Tidak
perlu berkelahi untuk membela diri. Kita menjauh saja dari mereka. Mereka hanya
ingin beristirahat karena kelelahan. Sama seperti yang kita rasakan ketika
sampai di sana tadi. Mereka tidak mau istirahat mereka terganggu dengan
keberadaan kita. Kita sudah cukup beristirahat dan pohon itu bukan milik kita.
Siapa saja boleh berteduh di sana. Mona dan Mimi pun mengangguk-angguk tanda
sudah mengerti.
Tidak
terasa, mereka sudah melintasi persawahan. Selanjutnya mereka harus menyeberang
sungai. Airnya sangat jernih. Bebatuannya pun terlihat. Pemandangan yang sangat
indah dan menyejukkan. Airnya pun cukup dangkal. Bbanyak batu besar menyembul
ke permukaan sungai. Hani memberi tahu ketiga anaknya untuk berhati-hati
menyeberang.
“Injak
batu yang menyembul itu ya. Hati-hati. Jangan bercanda,” kata Hani.
Mona
dan Catti segera melompat dari batu satu ke batu lainnya. Namun naas, lompatan
Mona tidak sampai ke batu berikutnya. Dan … byur …. Mona tercebur ke sungai.
Mona basah kuyup dan mengeong ketakutan. Dia pun sedikit-sedikit mulai hanyut. Mimi
segera menceburkan diri untuk menyelamatkan Mona.
“Bertahan
ya, Mona. Kakak akan menolongmu. Jangan takut. Raih batu yang besar ya,” kata
Mimi.
Mona
berusaha menggapai batu besar di dekatnya. Beberapa kali berusaha namun masih
gagal. Dia meyakinkan diri pasti selamat. Dia pun kembali berusaha menggapai
batu besar yang dilewatinya. Dia terus berusaha dengan gigih. Dengan
kegigihannya berjuang, akhirnya dia berhasil menggapai batu besar dan memegang
betu tersebut sekuat tenaga. Hingga Mimi sampai dan mendorong tubuh Mona ke
atas batu. Mereka beristirahat sejenak karena Mona terlihat lemah dan
kedinginan. Mona berterima kasih pada Mimi karena telah menyelamatkannya.
Hani
dan Catti telah berhasil menyeberang sungai dengan selamat. Mereka mengikuti
Mimi dan Mona dari tepi sungai. Melihat kedua buah hatinya selamat, dia segera
bersyukur pada sang pencipta.
Matahari
masih terik sehingga tubuh Mimi dan Mona sedikit demi sedikit mulai mengering.
Setelah merasa kuat kembali, mereka segera melanjutkan menyerang sungai. Dengan
penuh kehati-hatian akhirnya mereka berhasil menyeberang. Hani segera menjilati
kedua anaknya yang selamat dari bahaya. Tak lupa Hani pun berterima kasih pada
Mimi.
Mereka
kembali melanjutkan perjalanan. Mereka
tiba di rumah nenek menjelang petang. Gembira sekali nenek bertemu mereka.
Karawang, 17 – 10 – 2021
Sri Sundari C.U
#gigih
#30dayreadingstorywithyourkids
#onedayonestory
menanamkan kegigihan sejak dini pada anak melalui literasi...mantap
BalasHapusWah, cerita anak yg sngt edukatif dan inspiratif..
BalasHapusIkut berpetualang bersama mereka. Cerita fabel yang mengasyikkan.
BalasHapus